Kamis, 12 April 2012


Berbagai langkah dilakukan mekanik untuk meningkatkan catatan waktu yang tercipta. Jadi bukan hanya dalam konteks mesin, juga hal lainnya. Salah satunya menyangkut konstruksi rangka pada pacuan matik. Demikian yang berlangsung dan menarik diinvestigasi dalam Grand Final Drag Bike Revolution Primax yang dilangsungkan di lintasan Jl. S Supriadi Blitar, Minggu lalu (4 Des). Yuk kita cermati lebih jauh ! Mulai rombakan sasis kudapacu Mio yang diklaim menganut tipikal Alutech, identik disebut alumunium olahan.

Sebelum perlu dipahami, misi dari para kiliker ialah mengurangi ataupun menghindari gejala wheelie atau ban depan terangkat pada pacuan matiknya. Jadi sektor dudukan mesin atau engine-mounting yang menjadi perhatian serius. Posisi poros standarnya digeser naik kisaran 8 mm hingga 12 mm. “Jenis sasis custom ini, pada bidang dudukan poros engine-mounting masih tersedia tempat membuat lubang, sehingga masih aman ketika ditinjau dari segi kekuatannya, ”terang Talqun, joki kawakan Sidoarjo yang merangkap sebagai tuner Private Gold, Kediri.

Efek signifikan dari kondisi demikian, roda belakang kesannya lebih turun dan tidak simetris dengan aspal. Tetapi saat menerima bobot pembalap, posisi mesin jadi simetris dengan aspal. “Jadi kinerja mekanis sokbreker saat rebound jadi berbalik dan cenderung menekan rangka atas hingga secara otomatis rangka depan juga ikut tertekan ke bawah. Terpenting, wheelie jadi minim terjadi,  ”timpal Rizky Unyil, dragbiker yang memperkuat tim Andtok BMS 12, Malang yang aktif di kelas Skutik s/d 200 cc dan mengaplikasi trik ini.

Berbeda dengan perlakuan Doni, tuner skutik road race yang mulai aktif di event balap karapan. Dia menambahkan sub frame penopang jok, serta centerbone tersambung dari komstir. Untuk  bahannya memakai pipa stainless 12 mm dan diteruskan pemakaian segitiga handmade dari baja dengan sumbu 19 cm. “Prinsipnya sederhana. Hanya menambah porsi bobot rangka depan, agar roda depan tak mudah terangkat, ”ungkap Doni. 

Dua hajatan dragbike yang sudah berlalu di wilayah Jateng-DIY (Kebumen & Jogjakarta) terbukti cukup diminati sekitar 160-180 petarung saja. Sesuatu yang aneh, karena selama ini identik di atas 300 starter, bahkan beberapa kali menembus 500 dragster.
“Tingginya intensitas penyelenggaraan seharusnya diikuti dengan regulasi terobosan yang berupaya merangsang pelaku anyar,“ terang Drs. Najib M Saleh dari Venture Sport Club sebagai penyelenggara gelaran bertajuk VSC Dragbike & Dragrace 2011 yang dipentaskan di lintasan Maguwoharjo, Sleman, Jogjakarta (23-24 April).

Gagasan baru yang bersifat mengakomodir pemula harus setia direalisasi. Jangan sampai setengah-setengah alias timbul-tenggelam. “Pemula kunci keberlangsungan dragbike dibanding yang muka-muka lama,“ tutur Eko Chodox dari pasukan Alifka Motor Mbanter.

Misal Pengprov IMI Jatim tegas membatasi jumlah kelas yang diikuti seorang peserta untuk memberikan kesempatan pada yang lain. Sayang, masih berlaku di Jatim saja. Sedangkan di wilayah DIY, beberapa promotor merefresh dengan menghadirkan kategori Bebek 4 Tak Standar s/d 150 cc (amatir).

Jadi memang diperuntukkan untuk mereka yang belum pernah juara. Alhasil, bagi yang pernah juara di kelas ini, tidak diperbolehkan lagi bermain pada kompetisi berikutnya. Saat VSC Dragbike ambil bagian lebih dari 30 starter.

Di area Jatim, nuansa yang sama justru lebih variatif dengan pengadaan kelas-kelas 4 tak 110 cc, 125 cc dan bebek 2 tak 115 cc. Sayang di Jateng, DKI Jakarta-Jabar belum tersosialisaikan. So, masih belum ada keseragaman.

Seharusnya dicontoh. Sampai disini, persaingan antar mereka yang belum pernah jawara tadi, jelas sangat bermanfaat dan harus selalu disajikan. Tentu saja selain kelas-kelas beraroma standar lainnya, macam Sport 2 Tak s/d 155 cc (rangka standar), OMR Satria FU atau Bebek 2 Tak s/d 116 cc.

“Tiga kelas tersebut inipun bisa saja menjadi bumerang hingga semakin sepi jika tidak disikapi lebih lanjut,“ analisa Sonny Waspodo sebagai pimpinan lomba, juga penasehat Pengprov IMI DIY. Pembalap anyaran akan malas bertanding jika yang menang itu-itu saja yang notabene dragbiker senior macam Eko Chodox, Antonius Petruk, Bowo Cheetah, Taufik Omphonk, Dadang Handaru, Danang Che-DuckZ, Deny Wel-Wel dan lainnya.

Bukan rahasia umum pula, sudah saatnya PP IMI mengeluarkan pemisahan level antara seeded dan pemula.

KHUSUS KOMPETISI LOKAL DIY (DRAGRACE)           
Pada bagian lain dilakukan supporting-race yaitu drag mobil pada Sabtu (23/4) yang diramaikan 50 peserta lokal Jogjakarta. Lima kelas dipertandingkan dan menarik dicermati sehubungan mulai tumbuhnya kembali animo dragrace di wilayah kota gudeg ini.

“Memang event ini hampir seratus persen petarung Jogja. Jadi pertarungan local-hero juga, “ujar Yudha RDV yang sukses menjuarai kelas 2.5 (Sedan 4 cylinder s/d 2500 cc) dan ke IV di 2.1 (Sedan s/d 1700 cc) karena mengalamai problem pada kinerja kampas kopling.

Anyway, selama ini terbukti kurang bergairah sebagai efek belum tersedianya sirkuit yang representatif. “Sirkuit Maguwo, Sleman ini saja masih kurang baik karena fasilitas mobil untuk kembali ke paddock ataupun start kembali harus melalui jalur utama, “tegas Drs. Najib M Saleh, menegaskan bahwa banyak pembalap asal Semarang dan Surabaya yang memilih absen disini untuk persiapan Kejurnas Dragrace, Juanda, Surabaya dalam beberapa hari ke depan (31/4).

mobtrend


Meski dominasi genre modifikasi extreme beberapa waktu terakhir ini sedikit tergerus oleh arus elegan, namun tidak demikian dengan Hendra Gunawan, pentolan Option Jogja ini.
Bersama Toyota Yaris S Limited series lansiran tahun 2008 ini doi berkreasi dengan aliran extreme car. Totalitas bahan fiberglass mendominasi pada seluruh pengerjaan baik itu di sektor eksterior hingga interior.

Body custom tinggal sesuaikan dengan karakter extreme yang aplikasi pintu depan gullwing dan juga pintu belakang motorized. Kap mesin dibuka melalui sistem motorized yang terbelah menjadi dua bagian.

Melengkapi gaya extreme ini sektor suspensi juga adopsi air suspension 4 titik. Detailing eksterior ini juga dilakoni oleh beberapa tesktur fiber carbon di beberapa sudutnya.
Empat biji velg DAD Ryugi 19" yang dililit oleh karet hitam Accelera mengisi kolong fender.

Perangkat dari motor seperti headlamp Honda CBR 150 juga tak luput dicomotnya guna didaulat menjadi fog lamp di bumper depan. Headlamp Toyota Vios tampak selaras dengan stoplamp Honda Vitz.

Merambah ke bagian interior, dashboard original pabrikan lantas dibungkus dengan fiberglass beraksen futuristik macam Bat Mobile. Selain jok berbahan fiberglass juga, kabin belakang penuh sesak dengan installatur In Car Entertainment yang ber-head unit AVT.

Sektor mesin wajib didongkrak performa sekaligus tampilannya dengan perangkat turbo dan air intake Sage. Desisan mesin berperangkat turbo ini muncul dari blow off HKS. | k-dnr

SPEK MODIF
BODY KIT: Custom, HEADLAMP: Vios, FOGLAMP: CBR, STOPLAMP: Vitz, VELG: DAD Ryugi 19", BAN: Accelera, HEADUNIT: AVT, SUBWOOFER: Soundstream, TWEETER/MIDDLE SPEAKER: Hustler, AIR FILTER/TURBO: Sage, BLOW OFF: HKS